Wednesday, April 23, 2008

TERAPI KELUARGA

A. Konsep Dasar Keluarga
Menurut Kamus Webster keluarga adalah A social unit consisting of parent and the children they rear(sebuah unit sosial yang terdiri dari orang tua dan anak yang mereka asuh) atau A group of people related by ancestry or marriage(sekelompok orang yang dihubungkan oleh keturunan atau perkawinan). Sementara itu, menurut PP No. 21 tahun 1994, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Berdasarkan 3 definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.
Menurut ahli keluarga yaitu Friedman(1998) menjelaskan bahwa keluarga dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi 5 fungsi yang salah satunya adalah fungsi fungsi affektif, yaitu fungsi keluarga untuk pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan kepribadian orang dewasa serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila fungsi affektif ini tidak bisa berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga tersebut.
Mengenai fungsi affektif ini banyak kejadian dalam keluarga yang bisa memicu terjadinya gangguan kejiwaan baik pada anggotanya maupun pada keseluruhan unit keluarganya, contoh kejadian-kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kultural, dll. Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada pemicunya, dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai, struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk mencetuskan kejadian-kejadian yang memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada keluarga tersebut.


B. Terapi Keluarga
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa banyak kejadian yang menyebabkan kejadian gangguan kejiwaan pada keluarga dapat muncul pada anggotanya saja atau pada keseluruhan unit dari keluarga tersebut. Pada jaman dahulu kejadian tersebut dianggap lumrah dan biasanya keluarga mencari petolongan hanya untuk mengatasi gangguan yang nampak saja contoh nyatanya adalah jika ada seorang anggota keluarga yang dinyatakan ‘sakit jiwa’ maka anggota keluarga lain serta masyarakat sekitar keluarga pasti akan menyarankan agar orang tersebut dibawa ke RS Jiwa atau psikolog bahkan yang paling parah adalah orang sakit tersebut diasingkan atau dipasung supaya tidak membuat aib bagi keluarga. Akan tetapi, pada kenyataan dilapangan praktek tersebut sangat tidak manjur bahkan yang ada sekarang iniorang tersebut lebih sering kambuh dan yang lebih membahayakan adalah orang tersebut dapat membahayakan orang lain baik secara fisik maupun psikologis pada orang sekitarnya. Maka untuk menanggulangi hal tersebut para ahli psikologi membuat suatu terapi yang fokus penanganannya adalah keluarga sebagai unit yang penting dalam mengatasi masalah bagi klien baik fisik maupun psikologis.
Terapi keluarga sendiri adalah suatu psikoterapi modalitas dengan fokus pada penanganan keluarga sebagai unit. Sehingga dalam pelaksanaanya terapis membantu keluarga dalam mengidentifikasi & memperbaiki keadaan yang maladaptif, kontrol diri pada anggota keluarga yang kurang, serta pola hubungan berulang yg tidak konstruktif.
Pada saat ini yang menjadi terapis dalam terapi keluarga bukan hanya psikolog tetapi juga terdapat tenaga perawat yang tersertifikasi untuk melakukan tindakan tersebut.
Adapun tujuan dari terapi tersebut lebih ditekankan pada keluarga yang mejalankan terapi yaitu mengembalikan fungsi dasar keluarga serta membantu proses penyesuaian kembali setelah selesai dari program perawatan agar dapat berfungsi kembali khususnya dalam keluarga dan umumnya di masyarakat.
Model terapi keluarga sendiri banyak jenisnya. Akan tetapi, yang umum digunakan dalam terapi keluarga adalah model terapi Bowenian, model struktural (Minuchin), model strategis, dan sekarang ini terdapat model baru yaitu model terapi transformational (Virginia Satir).
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga dalah melakukan asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. ementara itu, menurut Newman intervensi yang dilakuakn perawat mencakup intervensi primer dan tersier yaitu :
1. mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga
2. memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
3. mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
4. member penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
Tak kalah penting adalah jika kita bukan perawat bersertifikasi kita bisa melakukan hal paling mendasar untuk menentukan apakah seseorang tersebut memnag membutuhkan terapi keluarga atau tidak yaitu dengan pengkajian indikasi dilakukan terapi keluarga pada klien tersebut :
1. Segan terhadap psikoterapi individu karena takut, tidak percaya pada terapi, menetang keras terapi, melawan figure orang tua.
2. Tidak\kurang berpengalaman dengan saudara-saudaranya, mempunyai pertentangan dengan anggota keluarga lain, tidak\sukar menyesuaikan diri dalam keluarga.
3. Ada salah satu anggota keluarga yang mempunyai intelegensi rendah atau komunikasi keluarga yang terhambat.
Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh. Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien adalah :
1. keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan interpersonal dengan lingkungan
2. keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga jika ada satu yang terganggu yang lain ikut terganggu
3. keluarga menurut Sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab klien gangguan jiwa menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut berperan dalam mencegah klien kambuh setidaknya membantu klien untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan mentalnya karena keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan dengan mudah
Peran keluarga dalam terapi sendiri adalah :
1. membuat sustu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya
2. tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
3. membantu anggota bagaimana memandang orang lain
4. tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien
5. membangun self esteem
6. nenurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi
7. menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis
8. pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marlyn M. 1998. Praktik Keperawatan Keluarga: Teori, Pengkajian, Diagnosa, dan Intervensi. Toronto: Appleton&Lange.
Hershenson, David B.; Power, Paul W.; & Waldo, Michael. 1996. Community Counseling, Contemporer Theory and Practice. Massachusetts, A Simon & Scuster Company.
Imbercoopersmith, Evan. 1985. Teaching Trainee To Think In Triad. Journal of Marital and Family Therapy, Vol.11, No.1,61-66.
Kendall, Philip C. & Norton-Ford, Julian. Professional Dimension Scientific and Professional Dimension. USA, John Willey and Sons, Inc.
Perez, Joseph F. 1979. Family Counseling : Theory and Practice. New York, Van Nostrand, Co.
Yosef, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

No comments: